
Oleh : Fathimah Adz (Penulis buku,
pemerhati social dan remaja).
Orang banyak mengenang 15
Januari sebagai Peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari (Malari). Padahal 15
Januari merupakan Hari Dharma Samudera yang diperingati setiap tahun untuk
mengenang Pertempuran Laut Aru, gugurnya Sang Patriot Bangsa, Komodor Yos
Sudarso. Pada peristiwa tersebut salah satu kapal perang Angkatan Laut Republik
Indonesia (ALRI) yaitu Rl Matjan Tutul tenggelam dan mengakibatkan gugurnya
Deputi I KSAL Komodor Yos Sudarso beserta sekitar 25 anak buah kapal (ABK) Rl
Matjan Tutul. Peristiwa ini selanjutnya dikenang sebagai Pertempuran Laut Aru.
Peristiwa Pertempuran Laut Aru
yang terjadi 55 tahun silam merupakan dampak dari konfrontasi Indonesia –
Belanda akibat sengketa Irian Barat. Pertempuran ini merupakan jawaban dari
Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora) yang didengungkan oleh Bung Karno di
Yogyakarta 19 Desember 1961. Isi Trikora ialah (1) Gagalkan pembentukan Negara
Boneka Papua buatan Belanda Kolonial, (2) Kibarkan Sang Merah Putih di Irian
Barat Tanah Air Indonesia; dan (3) Bersiaplah untuk mobilisasi umum untuk
mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air dan Bangsa. Guna mendukung
operasi tersebut, Pemerintah Indonesia pada 2 Januari 1962 membentuk komando
operasi yang diberi nama Komando Mandala Pembebasan Irian Barat yang bermarkas
di Makassar. Mayjen TNI Soeharto ditunjuk komandan operasi yang
memiliki tugas untuk merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan
operasi-operasi militer yang berupaya mengembalikan Irian Barat ke dalam
wilayah Republik Indonesia.
Pasca kejadian itu pula, Bung
Karno, Sang Pemimpin Besar Revolusi menetapkan hari tenggelamnya RI Matjan
Tutul sebagai Hari Dharma Samudera yang memaknakan keberanian pelaut Indonesia
dalam menerjang samudera menghadapi musuh-musuhnya. Tentunya, penetapan hari
itu menambah semangat bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari sejak era
Sriwijaya dan Majapahit. Setiap tanggal ini, Pemerintah dan TNI AL selalu
melakukan tabor bunga di laut untuk menghormati jasa-jasa para awak RI Matjan
Tutul, yang hingga kini jasadnya tidak pernah ditemukan. Namun, apakah boneka
Papua buatan Belanda ini benar benar habis sekarang??
Nyatanya, Organisasi Papua
Merdeka (disingkat OPM) adalah organisasi yang didirikan pada tahun
1965 untuk mengakhiri pemerintahan provinsi Papua dan Papua Barat yang saat ini
di Indonesia, yang sebelumnya dikenal sebagai Irian Jaya,[1]
dan untuk memisahkan diri dari Indonesia.
Gerakan ini dilarang di Indonesia, dan memicu untuk
terjadinya kemerdekaan bagi provinsi tersebut yang berakibat tuduhan
pengkhianatan.[2]
Sejak awal OPM telah menempuh jalur dialog diplomatik, melakukan upacara
pengibaran bendera Bintang Kejora, dan dilakukan aksi
militan sebagai bagian dari konflik
Papua. Pendukung secara rutin menampilkan bendera Bintang Kejora dan simbol
lain dari kesatuan Papua, seperti lagu kebangsaan "Hai
Tanahku Papua" dan lambang negara, yang telah diadopsi pada periode
1961 sampai pemerintahan Indonesia dimulai pada Mei 1963 di bawah Perjanjian New York.Gerakan separatis Organisasi Papua Merdeka lagi-lagi menebar teror.Mereka kali ini menembaki perumahan karyawan PT Freeport di Kota Tembagapura, Papua. Berdasarkan informasi yang dihimpun VIVA, kelompok bersenjata OPM menembaki rumah karyawan bernama Morne Francis Ras di Perumahan Hidden Valley di Mile 66. Warga negara Afrika Selatan itu ditembak secara brutal. OPM melepaskan lebih dari 10 tembakan secara beruntun ke arah korban dan rumahnya sekira pukul 07.40 WIT, Jumat, 27 April 2018. Beruntung tak satu pun peluru yang mengenai Morne, sebab ketika penembakan terjadi, Morne menyelamatkan diri dengan cara tiarap di bawah mobil LWB 01.5222.
Pelaku menembaki korban dari perbukitan sekitar perumahan. Akibat penyerangan itu, mobil LWB milik korban mengalami kerusakan akibat tertembus sejumlah peluru. Satu peluru mengenai kap depan mobil, satu peluru mengenai kaca spion kanan dan dua peluru mengenai bodi kanan mobil. Beberapa saat setelah penembakan terjadi, alarm tanda bahaya berbunyi di Kota Tembagapura. Seluruh karyawan yang berada di rumah dan di area kantor bertahan di dalam ruangan.
Ternyata, boneka boneka Papua yang dulu diberantas habis habisan oleh para pejuang kita belum hilang sepenuhnya. Bahkan sekarang masih teus ada dan membuat ulah. Eits, ngomongin pejuang,tau nggak, mujahid mujahid islam dulu juga berperang sampai ke atas air untuk membela agama dan bangsa kita?.
Islam, dan peperangan melawan kaum kafir diatas air.
Di masa kekhalifahan Abu Bakar ra., di negeri Bahrain muncul pemberotakan. Sang Khalifah kemudian mengutus salah seorang sahabat Rasulullah, Ala’ bin Hadhrami ra. pergi ke daerah tersebut. Di daerah yang bernama Hijr, terjadi pertempuran antara Pasukan Ala’ bin Hadhrami dengan kaum pemberontak. Pasukan Mujahidin pimpinan sahabat Rasulullah itu, dengan gemilang berhasil mengalahkan musuh.
Kaum pemberontak kocar kacir ketakutan, mereka menyemberangi lautan dengan menggunakan kapal. Ketika pasukan Ala’ bin Hadhrami sampai ditepi laut, sahabat Nabi itu berkata : “Seberangilah dengan menyebut asma Allah.” Ajaib mereka melintasi laut itu, seperti berjalan di atas pasir, dan airnya hanya setinggi tapak kaki kuda. Pada saat itu, jumlah pasukan berkuda kaum muslimin sekitar 6.000 orang dan yang berjalan kaki 2.000 orang.
Sesampai di seberang, Pasukan muslimin tidak membiarkan satu orang musyrik pun lolos, untuk dijadikan tawanan. Dan selesai berperang, mereka pulang dengan menyeberangi laut seperti sebelumnya.Peristiwa ini sangat menghebohkan, dan menjadi salah satu sebab seorang rahib dari daerah Hijr, memeluk Islam.
Ternyata nggak hanya sejarah kita yang patut dikenang, perjuangan para mujahid pun sangat patut kita contoh. Pejuang Indonesia dan para mujahid islam ,mereka lebih mementingkan agama dan bangsa mereka, daripada diri mereka sendiri. maka wajiblah kita mengenang kedua kisah hebat ini, diperayaan Hari Dharma Samudra. Supaya keberanian kita melawan para penjajah dank am kam kafir benar benar menancap hingga ke hati. menjadikan kita remaja dan manusia manusia kuat dan bertekad baja, untuk mempertahankan agama dan bangsa.
Wallahu a’lam.

Berikutnya
« Prev Post
« Prev Post
Artikel Sebelumnya
Next Post »
Next Post »